Belajar, Ajarkan dan Amalkan
16 Agu 2009
KEMISKINAN DI USIA KE-64 TAHUN
(Diterbitkan di Bangka Pos, 15 Agustus, Trans Lampung 18 Agustus 2009)
LEBIH dari setengah abad sudah Negara kita
Persoalan kemiskinan pada masyarakat kita kini masihlah menjadi isu yang penting sekali untuk dibahas. Walau berbagai program pemerintah terus dilakukan dan digalakkan sejalan dengan iklim kemerdekaan, tetapi sampai saat ini kemiskinan di Negara kita ternyata masihlah belum beranjak dari bumi pertiwi ini.
Di era pemerintahan presiden Soeharto misalnya program pengentasan kemiskinan ini ditempuh dengan mewajibkan kepada semua para pengusaha untuk menyumbangkan sekitar 2 persen dari keuntungannya (setelah dipotong pajak) mereka bagi dana khusus pengentasan kemiskinan yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat
Sedangkan pada pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan program bantuan beras bagi masyarakat miskin (Raskin),
Pada dasarnya di setiap Negara terutama Negara ketiga, kemiskinan masihlah menjadi hal penting yang harus segera diselesaikan karena dampaknya yang begitu besar bagi kondisi sosial di Negara tersebut. Bagi
Di Provinsi Lampung sendiri jika kita mengacu kepada perkataan dari Gubernur Lampung, Sjachrodin ZP, Selasa (11/8), jawabannya jelas. Angka statistik yang direntangkan Gubernur pada tahun 2006, jumlah penduduk miskin 1.673.921 orang atau sekitar 22,62 persen dari total penduduk Lampung. Tahun 2007 sekitar 22,19 % dan 2008 sekitar 21 % dari jumlah keseluruhan penduduk di provinsi lampung.
Sedangkan secara keseluruhan pemerintah melalui Biro Pusat Statistik (BPS) dengan penentuan standar kebutuhan minimum yang dibedakan atas makanan dan non-makanan menyebutkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia sebesar 15 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Kebutuhan makanan oleh BPS diperhitungkan berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi 2.100 kalori per hari. Sedangkan kebutuhan non-materi makanan mencakup sejumlah komoditi seperti sandang, pendidikan dan kesehatan. Sementara itu data dari Bank Dunia menyebutkan bahwa 49 % penduduk
Komite penanggulangan kemiskinan (2002) mengemukakan bahwa masyarakat miskin secara umum ditandai dengan keberdayaan atau ketidakmampuan dalam hal : (1) memenuhi kebutuhan dasar pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan (basic needs), (2) melakukan kegiatan produktif (unproductivensis), (3) menjangkau akses sosial dan ekonomi (inaccessibility), (4) menentukan nasibnya sendiri dan mendapatkan perlakuan diskriminatif, mempunyai rasa ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik (vulnerability), dan (5) Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah (no freedom for poor)
Namun pemahaman utamanya mengenai kemiskinan ialah mencakup gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Belajar Dari Cina dan
Jeffrey Winters, associate professor of political economy pada
Menurutnya, ada dua elemen dalam mentalitas 7 % yang sudah memiliki akar dalam sekali di
Di China mengurangi populasi kemiskinan pada tahun 1976 berjumlah 250 juta orang berkurang sampai 23 juta orang pada tahun 2005. Bagaimana
Sedangkan India berhasil menekan angka kemiskinannya dari 40 % pada 1990 an menjadi 26 % pada awal abad ke-21 dan ditargetkan pada 2015 tidak ada lagi penduduknya yang diketegorikan sebagai penduduk miskin di Negara tersebut. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada pengembangan pertanian dan perdesaan serta menciptakan lapangan kerja.
Penciptaan lapangan kerja dimulai dari dunia pendidikan dengan mencetak tenaga ahli dalam bidang teknologi informasi, kemudian terbentuk lembah silicon yang disana terdapat sekitar 200 industri besar peranti lunak dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Tidak hanya itu mereka pun melakukan dan mengembangkan industri otomatif dan perfilmnya sehingga mampu memperkerjakan banyak tenaga kerja. Karena itulah
Bagaimana dengan Negara kita? Sampai saat ini program yang digalakkan oleh pemerintah dalam pengentasan kemiskinan hanyalah sebatas memberikan ikan semata tanpa memberikan pancing. Seperti berfokus kepada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin misalnya dalam bentuk raskin, BLT dan sebagainya. Upaya ini sebenarnya baik, namun program kedermawanan pemerintah ini justru dapat menjadikan dan memperburuk moral, prilaku masyarakat miskin bahkan mereka yang tidak miskin pun ikut merasakan kebijakannya, akibatnya tidak sedikit dari mereka yang menjadi ketergantungan. Selain itu juga program seperti bantuan sosial tersebut juga dapat menimbulkan celah korupsi dalam penyalurannya.
Oleh karena itu, kedepan program-program pengentasan kemiskinan ke depan harus di kembangkan dengan model pembangunan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang di fokuskan kepada upaya menumbuhkan ekonomi kreatif dan produktif. Dengan begitu, program-program tersebut mampu membebaskan ketergantungan orang miskin dari yang bersifat permanen. SEMOGA*
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home